Selasa, 08 Agustus 2017

Desa Nuamuri, Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Foto Tentang Nuamuri


Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri, Kelimutu, Ende, Flores, NTT

Nuamuri: Desa Wortel, Kentang dan Halia

KEHIDUPAN manusia desa dalam spektrum pembangunan suatu bangsa, cukup sering menampilkan nada minor. Fakta di negara dunia ketiga seperti Indonesia tidak mengingkari kenyataan tersebut. Desa selalu dianggap tidak mampu, tak berdaya dan harus selalu ditolong. Pola pembangunan "menolong" seperti itu sebetulnya sudah mendapat kritikan dari para pakar pembangunan karena kita sesungguhnya tidak pernah menolong manusia desa untuk berkreasi dan mengekspresikan kemampuannya. Format top down justru sekadar menciptakan manusia desa yang selalu bergantung pada kekuatan "di atas".
Warga Desa Nuamuri, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, secara diam-diam sepertinya "melawan" pola pembangunan menolong desa tersebut. Memprotes klaim-klaim keliru bahwa sumber daya manusia (SDM) desa bodoh dan tak bisa berbuat apa-apa. Selama sepuluh tahun terakhir, dengan kemampuan yang dimiliki mereka dapat mengubah pola hidupnya dari sekadar petani ladang yang setiap tahun sudah merasa puas menanam padi, jagung dan ubikayu menjadi petani dengan orientasi ekonomis.
Pola pikir mereka sangat sederhana. Mereka menyadari padi ladang, jagung atau palawija dari waktu ke waktu tidak mampu mengongkrak tingkat kesejahteraan hidup menjadi lebih baik. Hasil bumi yang diperoleh sekali setahun itu, nyatanya hanya cukup untuk konsumsi sehari-hari. Padahal dari sisi transportasi, desa berpenduduk 1.876 jiwa (statistik 1996) itu berada di jalur jalan negara Ende-Maumere yang merupakan poros utama perhubungan darat di Pulau Flores.
"Sampai akhir tahun 1970-an, hidup kami begitu-begitu saja. Tanah yang cukup subur ini hanya ditanami padi, jagung atau ubikayu. Karena sudah berlangsung secara turun-temurun, saat itu tidak pernah terpikirkan untuk menanam komoditi yang lain," kata Yohanes Kaki (52), Ketua I LKMD Desa Nuamuri, Selasa 30 Desember 1997 lalu.
Kesadaran untuk mengubah pola pertanian itu muncul pada awal tahun 1980-an. Mengingat nilai ekonomis padi, jagung dan ubikayu seperti berjalan di tempat - masyarakat Nuamuri mengalihkan perhatiannya dengan menanam sayuran seperti kol, wortel dan kentang.
"Kalau kami tanam padi ladang, setahun hanya panen satu kali dan hasilnya hanya cukup untuk makan. Beda dengan kentang dan wortel, setiap tiga bulan sudah bisa kita panen. Harganya juga lebih baik dan selalu laku dijual baik ke Kota Ende maupun Maumere," kata Yosef (45), warga Nuamuri lainnya.
Kesadaran seperti itu dari waktu ke waktu makin mengental dalam lubuk hati setiap warga Nuamuri. Sejak tahun 1990, hampir seluruh penduduk desa ini tidak lagi menyandarkan hidupnya pada padi dan jagung. Sebanyak 315 kepala keluarga (KK) dominan mengusahakan komoditi sayuran berupa kentang, kol, wortel dan juga halia (jahe red). Komodi lain yang dikembangkan ialah jeruk siam dan kopi.
Menurut Kepala Desa Nuamuri, Stefanus Bhalu, padi, jagung dan ubikayu saat ini sekadar tanaman pendamping. "Paling-paling mereka tanam untuk makan sendiri. Selebihnya setiap lahan pertanian di sini pasti penuh dengan wortel, kentang dan halia," kata Yohanes Kaki.
***
MENGENAI pemasaran hasil, sejauh ini belum menjadi perkara rumit. Setiap hari, ada saja pedagang sayur dari Kota Ende maupun Maumere yang datang "memborong" kentang dan wortel dari Namuari dan desa Nduaria. Pada setiap hari pasar di Moni (setiap hari Selasa), Wolowaru (Rabu dan Sabtu), Detusoko (Kamis), Wolowona (Jumat), para pedagang sayur tidak segan-segan mendatangkan truk khusus untuk mengangkut aneka sayuran dari Nuamuri.
"Truk-truk yang biasa angkut hasil dari sini antara lain, Istana, Budi Luhur dan Intisari. Kalau hari pasar, sayur kami sangat laku," kata Yohanes. Harga wortel di tingkat petani Nuamuri Rp 500,00 per kg. Pada saat panen, biasanya turun sampai Rp 400,00 per kg. Harga kentang pada musim paceklik bisa mencapai Rp 2.500,00 per kg. Sedangkan pada saat panen - biasanya bulan Januari dan Februari - harganya bisa turun sampai Rp 1.000,00 per kg.
Halia dijual petani setempat rata-rata Rp 1.200,00 per kg. Harga halia merah relatif stabil.
Pendapatan setiap petani lumayan baik. Rata-rata setiap KK di Nuamuri mengolah lahan seluas 4,25 sampai 1 ha. Menurut sejumlah penduduk, bila tidak terserang hama dan iklim yang buruk - setiap panen mereka bisa menghasilkan 5-6 ton kentang dan wortel. "Dari hasil pantauan kami, setiap hari pasar petani Nuamuri bisa memperoleh uang cash sekitar Rp 15 sampai 30 ribu rupiah. Bisa dihitung sendiri kalau dalam sebulan ada pasar lima kali," kata sang Kades, Stefanus Balu.
Data yang diperoleh Pos Kupang menunjukkan, setiap KK di Desa Nuamuri saat ini menanam kopi jenis Robusta dan Arabika rata-rata 1 sampai 2 ha. Sebagian warga, misalnya Robertus Fowo malah memiliki lahan kopi 4 ha yang sudah beberapa kali dipanen. Setiap ha terdiri dari 400 pohon kopi.
Masyarakat setempat juga mengusahakan jeruk siam yang sebagian besar sudah menghasilkan buah yang manis dan gurih.
Persoalannya, seperti diakui Ketua I LKMD, Yohanes Kaki, sebagian besar petani jeruk di Nuamuri mempraktekkan sistem ijon. "Biasanya pembeli dari Maumere atau Larantuka sudah memberikan uang pada saat buah jeruk belum matang. Mereka beli per pohon," kata Kaki. Harga setiap pohon jeruk siam bervariasi antara Rp 75.000,00 sampai Rp 200.000,00.
"Memang petani yang rugi memakai cara seperti ini. Tapi petani di sini tidak mau repot menjual sendiri ke Maumere atau Ende. Jual jeruk risikonya kan tinggi. Kalau tidak laku pasti busuk," tuturnya. Kendala lain yang dihadapi petani setempat ialah mendapatkan pupuk urea dan TSP untuk tanaman wortel dan kentang.
***
DESA Nuamuri merupakan satu dari 25 desa di Kecamatan Wolowaru. Desa yang terletak sekitar 56 km timur Kota Ende ini berada di ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut. Perkampungan di desa ini cukup tersebar. Nuamuri merupakan ibukota desa. Kampung-kampung yang masuk wilayah ini ialah Detuara, Niraola, Watubewa, Detu Bu, Wolo Kelo, Nua Nggo, Tedho Naka, Ndule, Wolonio, Maru dan Wolo Jeo.
Untuk memenuhi kebutuhan air, baik bagi lahan pertanian maupun air untuk kebutuhan manusia, Dinas Kehutanan Kabupaten Ende telah membangun dua buah cekdam. Air bersih memang cukup sulit diperoleh warga desa itu sehingga menggugah pemerintah Australia melalui lembaga Ausaid memberikan bantuan perpipaan untuk pengadaan air minum dari sumber air sejauh 7 km dari pusat desa.
Kekuatan lain di desa ini adalah semangat gotong-royongnya. Untuk mengerjakan lahan pertanian, terdapat 32 kelompok kerja yang dibentuk secara swadaya. Setiap kelompok beranggotakan 10-11 orang. Jadwal kerja kelompok yang dalam bahasa setempat disebut Ju mulai sejak pukul 05.00 - 10.00 Wita. Jam kerja ini sangat konsisten diterapkan dan ditaati seluruh anggota kelompok. (dion db putra)

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimut, Ende, Flores, NTT

Jahe Instan Nuamuri, Produk Olahan Khas dari Desa Nuamuri

Bagian-2


Mengenal Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Ende, Flores, NTT



Mendengar penuturan Pak Seni, seorang warga Desa Nuamuri terkait hasil olahan mereka berupa Jahe Instan Nuamuri, hati jadi sedikit tergelitik mendengarnya dan jadi ingin segera mencobanya.
Jahe Instan Nuamuri dihasilkan dari olahan tanaman Jahe yang mengandung banyak khasiat dan sangat cocok dikonsumsi dan bermanfaat untuk kesehatan.

Mengapa Pak Seni bersama beberapa warga desa tertarik untuk mengembangkan olahan jahe tersebut? Jawabannya tentu akan sangat jelas dan detail. Ya, daerah kami penghasil Jahe berkualitas tinggi di Flores, tetapi setiap kali panen raya, masyarakat kami selalu mengalami hal mendasar yang juga biasa dialami petani, yaitu harganya yang anjlok.

Demikianlah yang dapat saya ingat dari sebuah obrolan kecil mungkin setahun yang lalu dan beberapa waktu lalu kembali ngobrol walau hanya melalui telepon seluler.

Nuamuri, sebuah desa beriklim sejuk yang merupakan daerah penghasil aneka jenis sayuran berkualitas termasuk kentang, wortel, kopi, cengkeh, saat ini dipimpin oleh sang kepala desa yang baru dan sedang mencoba untuk merancang sebuah program pembangunan yang salah satunya adalah ekonomi dalam rangka mendukung upaya peningkatan ekonomi masyarakat desa.


Kembali kepada usaha Jahe Instan Nuamuri, Pak Seni, menuturkan bahwa tantangannya pada saat ini adalah pada aspek pemasaran, selain bagaimana menciptakan kemasan yang menarik.

Beberapa peralatan pendukung untuk pengemasannya sudah ada, tetapi saat ini kami masih mengemasnya dengan sederhana dan untuk pemasarannya hanya di tingkat lokal saja.

Membayangkan kondisi saat ini yang semakin maju termasuk kehadiran media social tentu dapat menjadi jalan pembuka jalan bagi Pak Seni untuk semakin mengenalkan produk Jahe Instan Nuamuri agar dapat dikenal luas.

Sejalan dengan harapan Agus, sang kepala desa yang mengharapkan agar Desa Nuamuri dapat dikenal oleh khalayak ramai, maka tepatlah kehadiran olahan Jahe Instan Nuamuri dapat menjadi bagian yang dapat dipromosikan dalam Website Desa Nuamuri (kelak jika sudah ada), dan tepatlah pula jika program desa dimasa mendatang juga menyentuh upaya penguatan kelompok-kelompok produktif yang telah ada melalui alokasi program dan pendanaannya, sebagai wujud nyata dalam mendukung upaya peningkatan ekonomi masyarakat desa.

Dan semoga suatu saat kelak, harapan Pak Seni serta anggota kelompoknya, terutama dalam pengemasan Jahe Instan Nuamuri serta pemasarannya dapat terbuka dan Jahe Instan Nuamuri dapat dikenal luas, baik di Kecamatan Kelimutu maupun di Kabupaten Ende.

Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimut, Ende, Flores, NTT

Desa Nuamuri adalah salah satu desa di Kecamatan Kelimutu, sebuah kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Flores, NTT, dan dilintasi oleh jalur jalan trans Flores.
Desa Nuamuri @Chris Djoka Ringgi Sengga

Wilayah Desa Nuamuri meliputi Kampung Wolonio yang bersebelahan dengan Desa Koanara, Kampung Ndoko, Nuamuri, Detuara, Watu Bewa hingga ke Lia Hutu yang berbatasan dengan Desa Ndua Rua.

Sebelumnya, wilayah desa tersebut juga mencakup Kampung Detubu (sekarang Desa Nuamuri Barat) serta Kampung Wolokelo (sekarang Desa Wolokelo).

Terletak di wilayah pegunungan dan dilintasi jalur trans Flores, Desa Nuamuri sangat strategis termasuk letaknya yang juga dekat dengan Danau Kelimutu.

Sejak dahulu, Desa Nuamuri telah dikenal sebagai salah satu desa penghasil komoditas pertanian berupa sayur-sayuran, kentang, wortel, jahe, kopi dan beberapa komoditas pertanian lainnya.

Kejayaan hasil beberapa komoditas pertanian tersebut sempat mengalami masa suram, dimana beberapa komoditas terutama kentang yang mengalami serangan fusarium serta jahe yang anjlok harganya.


Pada masa lalu, status Nuamuri belum menjadi desa seperti halnya Desa Ndua Ria dan Desa Koanara. Menurut Carolus Ringgi, salah satu tetua desa yang menetap di Wolowaru menuturkan bahwa dulu saat penyeragaman desa-desa di Indonesia, Nuamuri statusnya belum menjadi desa dan oleh Pemerintah Kabupaten Ende sempat ditawarkan untuk memilih agar masuk dalam wilayah Desa Koanara atau Desa Ndua Ria, tetapi hal tersebut ditolak oleh Carolus Ringgi dan beberapa tetua lainnya di desa tersebut.

Ditambahkan Carolus Ringgi, bersama dengan Piet Nusa, mereka berdua menghadap salah satu pejabat di Kabupaten Ende untuk menyampaikan usulan agar Nuamuri menjadi desa tersendiri karena jumlah masyarakatnya cukup untuk menjadi desa dan hal tersebut disetujui dengan memberikan disposisi agar segera diproses.

Selanjutnya mereka menemui Camat Wolowaru yang saat itu dijabat oleh Mochdar dan menyampaikan bahwa usulan agar Nuamuri menjadi desa tersendiri dan tidak bergabung dengan Koanara atau Ndua Ria disetujui dan hal tersebut kemudian didukung sepenuhnya oleh Camat yang selanjutnya diproses untuk menjadi desa defenitif.

Sebagai salah satu desa penghasil komoditas pertanian berkualitas tinggi, Desa Nuamuri terus berbenah untuk membangun desa serta mengejar ketertinggalan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Kelimutu.

Sejak beberapa tahun terakhir, telah ada salah satu kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang telah mengembangkan sebuah produk turunan dari potensi yang ada, yaitu Jahe, dengan mengembangkan produk turunannya berupa Jahe Instan Nuamuri.

Lahirnya produk tersebut didasari oleh sebuah pemikiran bahwa setiap kali panen raya jahe, harga komoditi tersebut selalu anjlok, sehingga melalui sebuah gerakan bersama dalam kelompok, Seni, seorang warga desa bersama anggota kelompoknya mengembangkan Jahe Instan Nuamuri yang telah mulai dikenalkan dan dipasarkan di tingkat lokal.

Seni mengungkapkan bahwa tantangan terbesar untuk pengembangan Jahe Instan Nuamuri adalah terkait dengan pemasaran serta kemasan produknya dan mengharapkan adanya peran stake holders lain yang dapat membantu mereka, baik dalam pengemasan maupun link pemasaran.

Pada saat ini, Desa Nuamuri dipimpin oleh Agus serta didukung oleh beberapa orang staf desa, diantaranya Benediktus, Sipri, Nona, Ida serta Ebiet. Kehadiran Agus yang masih berusia muda termasuk beberapa staf desa lainnya diharapkan dapat membawa angin segar dalam membangun sebuah perubahan di Desa Nuamuri, bukan hanya pada aspek fisik saja, tetapi juga merambah ke aspek lainnya seperti keseharan, pendidikan serta ekonomi.

Agus, dalam sebuah pembicaraan menuturkan harapan yang besar untuk mendorong percepatan perubahan di Desa Nuamuri, terutama pada sector ekonomi masyarakat. Tanah kami sangat subur dan desa kami merupakan daerah penghasil sayuran serta aneka produk pertanian lain yang berkualitas, tetapi untuk beberapa komoditas, persoalan mendasar selalu terjadi kala panen raya, harganya selalu anjlok. Ini yang menjadi salah satu perhatian utama kami, tambah Agus.

Melihat perkembangan yang juga sangat cepat dewasa ini, ditambah dengan keberadaan Desa Nuamuri yang sangat strategis memungkinkan juga menjadikan desa tersebut sebagai salah satu desa wisata dikemudian hari.

Beberapa potensi yang saat ini belum maksimal dikelola diantaranya seperti kawasan sawah bertingkat yang letaknya tidak tepat di tepi jalan trans Flores seperti lainya di Detusoko dan Koanara, Ae Peri, sebuah kawasan sumber air yang tidak pernah berhenti mengalir walau disaat kemarau panjang, serta potensi agro wisata, terutama untuk jenis komoditas sayuran.

Beragam potensi yang ada di Desa Nuamuri tentunya harus digali dan diharapkan dapat dikelola secara maksimal, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi upaya peningkatan ekonomi masyarakat desa, yang dalam jangka panjang diharapkan pula akan memberikan dampak kepada sector lainnya.

Pada saat ini, masyarakat Desa Nuamuri sedang merancang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) yang diharapkan juga berisikan seluruh mimpi besar dalam berbagai aspek, sehingga dapat memudahkan dan menjadi guideline bagi pemerintah desa yang baru untuk melaksanakan pembangunan desa.

Dan menyesuaikan dengan kondisi saat ini, Kepala Desa Nuamuri, Agus, juga mengungkapkan ketertarikannya untuk mengembangkan sebuah website desa yang bertujuan untuk semakin mengenalkan Desa Nuamuri kepada dunia luar, baik terkait dengan perkembangan pembangunan desa juga menjadi media promosi akan beragam potensi yang ada termasuk hasil pertanian dari desa tersebut.

Semoga sebuah mimpi besar untuk membangun sebuah perubahan secara perlahan dapat menjadi nyata. Semoga.

Perecanaan Berbasis Asset/Potensi

Sebuah Catatan Sederhana Tentang Pendekatan Berbasis Masalah dan Berbasis Potensi Kabar Nuamuri (13/11/19) Dalam penyusunan per...